Menyoal Konsekuensi Penerjemahan Istiwa` (Bag.4)
Baca pembahasan sebelumnya Menyoal Konsekuensi Penerjemahan Istiwa` (Bag.3)
- Makna “bersemayam” dalam bahasa Indonesia.
Dalam KBBI (Kamus Bahasa Besar Indonesia) kata tersebut diartikan :
semayam /se·ma·yam/, bersemayam /ber·se·ma·yam/ v 1 hor duduk: baginda pun – di atas singgasana dikelilingi oleh para menteri dan hulubalang; 2 hor berkediaman; tinggal:Sultan Iskandar Muda pernah – di Kotaraja; 3 ki tersimpan; terpatri (dl hati): sudah lama cita-cita itu – dl hatinya; keyakinan yang – dl hati;
menyemayamkan /me·nye·ma·yam·kan/ v 1 mendudukkan (di atas takhta, singgasana); 2 membaringkan; menginapkan (jenazah): pihak keluarga akan membawa jenazah almarhum setelah -nya di rumah duka;
persemayaman /per·se·ma·yam·an/ n 1 tempat duduk; 2 tempat kediaman.
Baca Juga: Merasakan Bahagia Ketika Ber-khalwat Bersama Allah
Dengan demikian, makna “bersemayam” -menurut KBBI- kembali kepada lima makna :
- Duduk.
- Tinggal
- Tersimpan
- Menginap
- Berbaring
- Penerjemahan “استوى على العرش ” yang benar
Dari penjelasan tentang makna “ استوى على ” dalam bahasa sumber (bahasa Arab) di artikel yang sebelumnya, dapat diambil ringkasan, bahwa :
Makna istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) adalah gabungan dari empat makna tersebut di atas,yaitu:
- صَعِدَ (tinggi di atas)
- عَلاَ (tinggi di atas)
- ارْتَفَعَ (tinggi di atas)
- استقرّ (tetap tinggi di atas)
Baca Juga: Turunnya Wahyu Pertama Kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Sehingga tafsir bahwa Allah “استوى على العرش ” adalah Allah tinggi di atas ‘Arsy dan tetap tinggi di atas ‘Arsy-Nya.
Dengan demikian terjemahan yang tepat dari kalimat istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) adalah “tinggi di atas” atau cukup diterjemahkan “di atas”, karena kata-kata “di atas” telah menunjukkan makna tinggi, sedangkan disini, makna istaqarra (tetap tinggi di atas) tidak dimasukkan dalam terjemahan, karena itu adalah makna/tafsir konsekuensi.
Syaikh Shalih bin Abdil ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah berkata dalam Syarhul Aqidah Al-Wasithiyyah tentang makna/tafsir konsekuensi dari istawa :
﴿اسْتَوَى﴾ هذه فسرها السلف بعدة تفسيرات قالوا:
﴿اسْتَوَى﴾ علا ، ﴿اسْتَوَى﴾ استقر ، ﴿اسْتَوَى﴾ ارتفع ، ﴿اسْتَوَى﴾ صعد.
علا ، ارتفع ، استقر ، صعد ، هذه التفاسير المنقولة عن السلف.
“ {اسْتَوَى}, ayat ini ditafsirkan oleh Salafush Shalih dengan beberapa tafsiran, mereka menafsirkan:
{اسْتَوَى} berarti ‘ala (tinggi di atas),{اسْتَوَى} berarti istaqarra (tetap tinggi di atas), {اسْتَوَى} berarti irtafa’a (tinggi di atas), dan{اسْتَوَى} berarti sha’ida (tinggi di atas).
Baca Juga: Allah Sangat Sayang kepada Hamba-Nya Melebihi Kasih Sayang Ibu
‘Ala, irtafa’a , istaqarra, dan sha’ida, semua tafsiran ini dinukilkan dari Salafush Shalih”.
{اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ} فسر باستقر …
هو لازمها كما ذكرت ، تفسير باللازم ، يعني علا وارتفع ولم يزل على استوائه استقر على هذه الصفة ، استقر على العرش ، يعني هو جل وعلا استوى عليه ولم يتخل من استوائه عليه
“ “Dia di atas ‘arsy” ini ditafsirkan dengan istaqarra, (Istaqarra) adalah menafsirkan (istiwa`) dengan makna konsekuensinya, sebagaimana yang telah saya sebutkan.
Tafsir dengan konsekuensi ini maksudnya : {اسْتَوَى} berarti: (Allah) itu ‘ala (tinggi di atas) dan irtafa’a (tinggi di atas), dan senantiasa istiwa’ (di atas ‘arsy), tetap bersifat dengan sifat ini, dan tetap di atas ‘arsy.
Jadi, maksudnya adalah Allah Jalla wa ‘Ala di atas ‘arsy dan Allah tidak terlepas dari sifat di atas ‘arsy.”
Baca Juga:
(Bersambung, in sya Allah)
Penulis : Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Artikel. Muslim.or.id
🔍 Sihir Adalah, Bukti Adanya Allah Swt Secara Ilmiah, Panas Neraka, Takdir Allah Yang Tidak Bisa Diubah, Kitab Fiqih Lengkap
Artikel asli: https://muslim.or.id/44069-menyoal-konsekuensi-penerjemahan-istiwa-bag-4.html